Okwudili Ayotanze, Tereksekusi Mati yang Melayani Tuhan (1)

Internasional / 30 April 2015

Kalangan Sendiri

Okwudili Ayotanze, Tereksekusi Mati yang Melayani Tuhan (1)

daniel.tanamal Official Writer
6015

Tuhan Yesus adalah Tuhan yang memberikan kesempatan kedua. Jika kita membaca Alkitab, kita dapat menemukan sejumlah kisah tentang kesempatan kedua yang Tuhan berikan. Simson, Yunus, Hizkia, Maria Magdalena hingga Petrus yang pernah menyangkal Yesus sampai tiga kalipun, Tuhan masih melihat Petrus sebagai “Batu Karang”, seorang yang berani terjun ke danau dan melangkah berjalan di atas air untuk menghampiri Tuhan Yesus.

Kisah lain adalah Paulus yang berubah dari seorang pembunuh orang percaya menjadi rasul terpenting dalam sejarah kekristenan karena Paulus memilih untuk menjalani kesempatan kedua yang Tuhan berikan. Salah satu perumpamaan yang sangat indah tentang kesempatan kedua, bisa kita temukan pada kisah “Anak Yang Hilang”.

Kisah Okwudili Ayotanze atau akrab disapa dengan sebutan Dili, terpidana mati kasus narkotika yang telah dieksekusi oleh Kejaksaan Agung di Nusakambangan pada Rabu dini hari 29 April 2015 kemarin adalah kisah akan pengharapan pada kesempatan kedua. Meski Dili kini telah kembali bersama Bapa di Surga, kisah pertobatannya kiranya dapat menjadi berkat bagi saudara seiman. Ketika saya bertemu Dili tahun 2013 silam, Dili mengaku sudah siap jika harus menghadapi eksekusi. “Saya siap bertemu Tuhan Yesus”, ujarnya di sela-sela acara kebaktian di Nusakambangan.

Masa kecil Dili dilaluinya sebagai orang Kristen yang belum sungguh-sungguh dan belum lahir baru. Namun karena ketertarikannya pada alat musik tradisional khas Nigeria, Dili suka main musik. Selama di Nigeria, Dili suka memuji Tuhan dalam persekutuan doa. Saat itu sempat timbul dalam hatinya untuk membuat album rohani. Namun perjalanan hidupnya justru membawanya ke Indonesia dan membuat Dili dalam kesusahan akibat perbuatan orang yang melibatkan dirinya dan tidak bertanggung jawab.

Tetapi Dili melihat keadaan ini sebagai cara Tuhan mewujudkan kerinduannya untuk memproduksi album rohani. Dalam keadaan hidup di dalam Lapas Cipinang, Dili mulai membawakan kesaksian puji-pujian dalam Bahasa Nigeria pada acara-acara kebaktian. Di sini Dili menyampaikan kerinduannya untuk membuat album rohani kepada sesama napi. Meski tidak didukung, Dili tetap semangat memuji Tuhan dengan cara menyanyi diiringi dengan tepuk tangan. Sampai akhirnya Dili bertemu dengan seorang warga binaan yang bisa mengiringi dengan gitar.

Namun Dili kemudian dipindahkan ke Lapas Besi, Nusakambangan, Cilacap. Selama karantina dua minggu, Dili menghabiskan waktu dengan membaca Alkitab dan berdoa. Usai masa karantina, Dili langsung menghabiskan waktu di gereja dalam lapas dan disambut dengan baik oleh sesama warga binaan.

Tuhan mempertemukan dengan seorang teman, Rudy Pardede yang cakap bermain gitar. Meski keduanya berteman baik namun suatu ketika Dili berselisih dan ia memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Rudy. Dili yang sedang menyendiri kemudian mendengar Tuhan bersuara, “Dili, kamu ingat bahwa kamu berjanji bikin album untuk Aku?.” Mendengar suara itu, Dili menangis dan pergi mencari Rudy dan memohon maaf. Hubungan mereka terus berlanjut hingga waktunya Rudy untuk bebas pada tahun 2004. (Bersambung)


Ditulis Oleh Monique Rijkers

Sumber : Monique Rijkers
Halaman :
1

Ikuti Kami